Pada jaman dahulu sebelum tahun 1917 M diwilayah kabupaten Banyuwangi lebih kurang 10 km sebelah selatan dari pusat kota Banyuwangi. Berkumpulah sekelompok orang yang konon berasal dari berbagai daerah rumpun Jawa tepatnya diwilayah kekuasaan kerajaan Mataram. Yang dikala itu sementara informasi yang masuk bahwa kerajaan mataram mengalami masa pergolakan, sehingga banyak rakyatnya yang meninggalkan daerahnya mencari aman dan kehidupan yang lebih baik. Tujuan dari kelompok itu adalah untuk membuka hutan yang akan dijadikan perkampungan dan lahan pertanian untuk kehidupan mereka beserta anak cucunya.

Setelah beberapa tahun mereka bermukim disana tepatnya didaerah itu semakin berkembang, sehingga kemudian terbentuklah sebuah perkampungan yang cukup ramai penduduknya dan diberi nama kampung Kabat.

Pemberian nama Kabat konon bermula dari bahasa Arab yang dalam bahasa Kabat berarti ruwet sebutan kabat muncul karena didaerah tersebut selalu terjadi konflik yang berkelanjutan dan konon dari sejarah lebih luas tentang istilah kerajaan Blambangan diambilkan dari istilah bahasa Jawa yaitu dari kata bolobuangan maksudnya adalah sekelompok masyarakat yang dianggap membangkang oleh kerjaan Mataram kala itu sehingga banyak yang melarikan diri diwilayah Jawa dibagian Timur yaitu diwilayah besuki dan disinyalir termasuk diwilayah Kabat ini, dan tentunya dari latar belakang karakter leluhurnya yang mentaram terkenal keras, kritis yang dianggap pembangkang kala itu dengan bercampur ajaran dogma agamis berbasis Islam dan Islam Abangan sehingga perjalanan pembangunan wilayah desa Kabat dalam perjalanan sejarahnya terpandegani oleh tokoh – tokoh kritis agamis yang konvensional dan pemberani yang jelas kelompok agamis termasuk kelompok yang sangat tidak menerima adanya tirani dan penjajahan, setiap kebijaksanaanya selalu berpedoman pada nilai – nilai agama yang dianggap sakral dan termasuk memberikan nama desa Kabat ini. Sehingga terkesan nuansa wilayahnya waktu itu tidak jauh dari paradigma konflik untuk setiap menentukan segala kebijaksanaan para tokoh – tokoh kelompok itu dan lambat laun istilah itu disebut dengan sebutan KABAT.

Tahun demi tahun kampung Kabat terus berkembang, sehingga kemudian berubah menjadi sebuah desa yang mandiri dan diberi nama desa Kabat setelah berkembang menjadi sebuah desa, kepemimpinan desa Kabat pada saat itu meliputi wilayahnya yang sangat luas, yaitu mulai dari wilayah sebelah Utara desa Pakistaji terbentang ke Utara sampai dengan wilayah desa Kedayunan dan sebelah Barat perbatasan dengan desa Tambong dan desa Macanputih dan sebelah Timur perbatasan dengan desa Sukojati.

Seiring dengan bergulirnya waktu, kepemimpinan didesa Kabat mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan bahkan wilayah desa Kabat yang pada mulanya meliputi wilayah yang cukup luas dan benar-benar mandiri, terakhir sampai dengan RPJM Desa ini ditulis dalam wilayah desa Kabat ini berdiri beberapa perkantoran Pemerintah Kecamatan sebagai perangkat daerah kabupaten Banyuwangi. Berikut ini dipaparkan sejarah pemerintahan desa Kabat yang dimulai sejak masa kepemimpinan Lurah Misah / Sutar hingga masa kepemimpinan Kepala Desa Muhammad Mislani.

Lurah Misah / Sutar memimpin desa mulai tahun 1917 sampai dengan tahun 1926, beliau meninggal dunia dan dimakamkan didusun Karangan yang sekarang bernama dusun Karangrejo.

Lurah Muhammad memimpin desa mulai tahun 1926 sampai dengan tahun 1952, dan beliau meninggal dunia dimakamkan di dusun Mantren.

Lurah Juned memimpin desa mulai tahun 1952 sampai dengan tahun 1959 dan beliau meninggal dunia dimakamkan di dusun Krajan.

Lurah Hajin memimpin desa Kabat mulai tahun 1959 berakhir sampai dengan 1963 dan beliau meninggal dunia dimakamkan di dusun Mantren.

Lurah Tasripin memimpin desa Kabat mulai tahun 1963 sampai dengan 1967 dan beliau meninggal dunia dimakamkan di dusun Bodean.

Lurah Mahki memimpin desa Kabat tahun 1967 sampai dengan 1970 dan karena ada beberapa hal sehingga hanya menjabat lebih kurang 1 tahun dan sekarang ada di Banyuwangi.

Kepala desa Marsoedhi melanjutkan lurah mahki memimpin desa Kabat tahun 1970 sampai dengan tahun 1971 sebagai PJS dan beliau mencalonkan kembali di periode selanjutnya sebagai kepala desa.

Marsoedhi terpilih melalui pemilihan kepala desa pada tahun 1971 sampai dengan tahun 1983 dengan calon tunggal memperoleh suara kurang dari 50 %, meskipun demikian dengan kebijakan penguasa saat itu Kepala Desa Marsoedhi ditetapkan sebagai Kepala Desa Kabat. Namun sebelum masa jabatanya selesai beliau meninggal dunia dan dimakamkan di TPU Jember.

Kepala Desa HM Suwarso menjabat Kepala Desa Kabat menggantikan Marsoedhi sebagai PJS, Mulai tahun 1983 sampai dengan 1989, beliau tinggal didusun Mantren desa Kabat. Beliau terpilih dua kali masa jabatan mulai tahun 1989 sampai dengan tahun 2006 dan terpilih secara demokratis dan menjabat sampai dengan berahir masa jabatanya. Dan beliau meninggal dunia di dusun Mantren desa Kabat Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.

Pjs Kepala Desa Kabat Drs. Adi Wibowo, beliau menjabat Pjs kepala desa Kabat pada tahun 2006 – 2007 bertepatan masa jabatan kepala desa lama yaitu Bapak HM Suwarso habis.

Kepala Desa Kabat Bpk. Nasta’in, SP. Beliau terpilih sebagai Kepala Desa Kabat ditahun 2007 sampai dengan 2013, Kemudian pada tahun 2013 beliau mencalonkan kembali dan pada akhirnya beliau terpilih kembali melalui proses Pemilihan Kepala Desa Kabat Tahun 2013 secara langsung untuk periode 2013 s/d 2019. Beliau berdomisili di dusun Krajan Desa Kabat.

Kepala Desa Kabat yang sekarang Bpk. Muhammad Mislani, Beliau terpilih sebagai Kepala Desa Kabat di periode Tahun 2020 sampai dengan 2025. Beliau berdomisili di dusun Bodean Desa Kabat, dan sampai diterbitkanya buku ini beliau masih menjabat sebagai kepala desa Kabat Kecamatan Kabat Kabupaten Banyuwangi.

Demikian asal usul Desa Kabat yang bisa digali melalui sesepuh Desa Kabat yang masih hidup dan para tokoh masyarakat di desa Kabat semoga bisa menjadi pengetahuan dan pengalaman khususnya bagi generasi muda desa Kabat dan masyarakat pada umumnya.



Bagikan Artikel :